Chapter 3 : Sang Dewi Ingin Balas Budi
** Novel ini di terjemahkan oleh Fantasy Kun... Bacalah novel ini di Website fantasykun**
Ketika Wakamiya berkata “Aku ingin membalas budi” Perkataannya itu menunjukkan betapa bersungguh-sungguh dia.
Cara dia memperhatikanku cukup menarik, aku tidak akan mengabaikan masalah yang telah kuperbuat kepadanya. Sepertinya aku telah dimangsa oleh matanya yang besar itu, dengan begitu ketika mereka menangkapku, mereka tidak akan membiarkanku pergi. Ketika ditatap oleh matanya itu membuatku ingin menyerah saja, dan memaksaku untuk setuju dengan apa yang dia katakan.
Tapi—
“ Tidah perlu, tidak apa-apa kok” ucapku, berpura-pura untuk bersikap setenang mungkin.
Tidak puas dengan jawabanku itu, Wakamiya sedikit cemberut “ Tidak, aku ingin membalasnya” jelas Wakamiya.
“Jadi kamu benar-benar ingin membalasnya ? “
“Iya, aku ingin membalas budi atas apa yang telah aku terima, Tidak apa-apa kan ?”
“Baiklah, aku paham. Tapi..” aku mengambil smartphoneku dan bergegas melihat jam. Sekarang sudah jam setengah sepuluh .
“ Sudah jam segini, kita berbicara sambil berjalan pulang saja, aku akan mengantarmu sampai kerumah. Akan terlihat aneh kalau kita berbicara ditempat seperti ini”
“ Kenapa ? “
“Hei, situasinya tidak memungkinkan”
Kami berdua saling berhadapan di gang yang agak gelap, dan juga hari sudah larut malam.
Bagaimanapun itu tidak baik bagi kami berdua.
Setelah Wakamiya paham maksudku, wajah dan telinganya memerah.
“Orang lain nanti akan berpikir yang aneh-aneh, dan itu akan membuat Wakamiya-san tidak nyaman juga, bukan ? Karena ini sudah larut malam, kita bisa berbicara sambil berjalan pulang”
“ Tidak apa-apa, kamu tidak perlu mengantarku pulang”
Dia memang tidak menunjukkan rasa kekhawatiran, Namun dia agak waspada dengan gerak-gerikku. Begitulah caraku melihat bagaimana tingkahnya.
“ Dengar Wakamiya-san. ini sudah malam, bahaya kan kalau kamu pulang sendirian ? apalagi ditempat yang seperti ini”
“Eh iya juga ya”
“ Nah, kalau begitu, cepat telepon orang tuamu, mereka pasti khawatir”
“Iya”
Wakamiya mengeluarkan smartphonenya dan menghubungi orang tuanya.Karena Tidak sopan untuk mendengar percakapan orang lain, Maka aku sedikit memberi jarak darinya dan menunggunya sampai dia selesai. Terkadang Wakamiya terlihat seperti tersentak, aku yakin orang tuanya pasti memarahinya.
“ Aku dimarahi “
“ Sudah kuduga, yah bagaimana bisa kamu tiba-tiba bisa seceroboh itu ? ”
“ Orang-orang juga bilang aku begitu …”
“Baiklah, Ayo kita pulang, kalau sudah hampir dekat dengan rumahmu, bilang saja. Aku akan menemanimu sampai disana.
Aku tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman dan membuatnya berpikiran kalau aku ini adalah seorang penguntit aneh yang ingin tau dimana rumahnya. agar tidak timbul kecurigaan darinya itulah kenapa aku berkata begitu
Ini akan membuat Wakamiya sedikit lebih nyaman, karena kami sama sekali belum kenal dekat, jadi agak sulit baginya untuk berjalan bersama denganku.
“ Tapi, aku tidak mau membuatmu repot, rumahku agak jauh”
“ Terus, bagaimana caranya kamu pulang ? “
“Dengan berjalan kaki .” Wakamiya menjawabnya dengan agak canggung, dilihat dari raut wajahnya, dia jelas merasa menyesal. Ketika Wakamiya berkata ingin pulang sendirian, siapapun pasti akan tergerak untuk mengantarnya pulang kerumah, mungkin karena dia mengetahui hal itu makanya dia terlihat menyesal.
“Ayo, kita jangan lama-lama lagi”
“Iya”
Wakamiya mengikutiku dari belakang, wajahnya masi terlihat merasa bersalah, ia sedikit memberi jarak dariku, itu wajar saja karena kami memang belum kenal dekat.
Beberapa saat ketika Kami sudah berjalan, Wakamiya memanduku dengan menunjukkan kemana jalan yang harus ditempuh seperti " Kita belok kanan" atau " Kita belok kiri" atau semacamnya.
Dan ketika kami hendak sampai dekat apartemen besar dan mewah tingkat tinggi yang dibangun pada awal musim semi itu, langkah kaki Wakamiya berhenti.
“Ah..Ummm, kurasa aku bisa pulang sendiri dari sini, aku tinggal di apartemen yang disana”
“Baiklah”
Wakamiya menunjuk kearah apartemen yang baru dibangun itu.
Jujur saja, dia seharusnya tidak perlu memberitahuku kalau dia tinggal di apartemen itu. dia harusnya sedikit lebih waspada dengan orang yang baru kenal dia kenal, tapi mau bagaimana lagi, dia memang ceroboh.
Dan sungguh mengejutkan bahwa rumahnya ternyata dekat dari rumahku.
Ngomong-ngomong, aku tinggal di blok apartemen kumuh didekatnya. Aku hanya perlu berjalan kaki sebentar untuk sampai kesana. Disana aku tinggal bersama ayahku yang jarang pulang. Dibandingkan dengan rumah apartemen mewah Wakamiya, perbedaanya bagaikan bulan dengan kotoran anjing.
“Kamu telah banyak menolongku hari ini, aku—”
“Eh, tidak masalah, santai saja, akulah yang merasa bersalah karena aku telah membuatmu menunggu, aku melakukannya karena aku ingin”
“kalau begitu, terima kasih banyak”
Suaranya sangat indah, meski begitu ini akan menjadi yang terakhir kali aku mendengar suaranya itu. Ketika pikiran itu muncul dibenakku, aku agak enggan untuk bepisah denganya…
“ Aku berhutang budi lagi, aku akan memb— “
“Tidak perlu” ucapku, jujur saja aku tidak ingin mendengar kalimat itu lagi .
“Kalau kamu ingin membalas budiku hanya karena kamu merasa bersalah, itu tidak masuk akal”
“ Eh.., aku tidak merasa begitu kok “ jelas Wakamiya, dia tampak ragu-ragu.
“ Sudah kubilang tidak apa-apa, aku tidak menuntutmu untuk berterima kasih, aku juga tidak memintanya walau ada kesempatan. Tidak sama sekali, lagipula aku juga tidak keberatan untuk mengantarmu pulang "
“Begitu ya ? “
“ Iya, kalau kamu ingin berterima kasih padaku, aku lah yang harusnya berterima kasih karena aku sudah menerima banyak hal darimu. Aku bisa menghabiskan waktuku dengan seseorang yang kencantikannya luar biasa, yaitu Wakamiya-san yang populer disekolah. anak-anak dari kelas D bisa gila kalau mereka tau hal ini.., sebaliknya aku yang seharusnya membayar lebih”
"......"
Wakamiya tertegun dan menunduk, ia tampaknya bingung bagaimana ia harus menanggapinya.
Aku tidak tau apa motif sebenarnya dari keinginannya untuk membalas budi ini. Tapi karena dia ingin membalas budi hari ini, dia sampai menungguku hingga larut malam, tampaknya dia ingin sekali menyelesaikan masalah ini.
Aku tidak habis pikir seseorang akan melakukannya sampai sejauh ini hanya karena dia memiliki hutang budi. Aku tau setiap orang itu berbeda pola pikirnya. Meski begitu Aku yakin dia memiliki hati yang merasa berasalah.
Mungkin, ada juga beberapa pria yang ingin mendekatinya dengan memanfaatkan kebaikan yang telah mereka lakukan padanya, aku jadi sedikit khawatir. Pesona Wakamiya juga menonjol dari yang lain, jadi mudah saja membayangkan hal itu bisa terjadi padanya. Ya... ini hanya sebatas tebakanku saja.
Jadi yang bisa aku lakukan hanyalah meyakinkannya, kalau dia sudah membalas budiku
“Jadi bagimana ? bagaimana cara aku membayarnya kembali ? Aku tidak tau berapa biayanya dan bulan ini aku sedang tidak punya cukup uang, aku hanya dapat memberikan apa yang aku punya saat ini ”
"T-Tidak..Tidak, kamu tidak perlu sampai sebegitunya !”
“Iya,Wakamiya-san mendapatkan makanan dariku sedangkan aku menghabiskan waktuku dengan seorang gadis yang cantik, , itu tidak sebanding. Sejujurnya aku yang terlalu banyak menerima balas budimu , dan hal ini bisa juga dibilang situasi yang sama-sama diuntungkan. Namun karena aku terlalu banyak menerima balas budimu, aku tidak punya cukup uang untuk membayar lebihnya”
“ Sama-sama diuntungkan ya? Uhm…kalau terima kasih banyak “
Wakamiya bergumam lalu ia membungkuk sopan, lalu ia menegakkan tubuhnya kembali dan menoleh ke arahku. Ia adalah gadis yang pintar, jadi aku yakin ia telah memahami maksud perkataanku yang barusan. itu bagus aku tidak perlu menjelaskannya lagi dengan rinci.
“ Sama-sama, sungguh aku juga sangat berterima kasih” ucapku, sambil membungkuk sopan padanya seolah-olah aku berterima kasih padanya.
Aku tersenyum dan berbalik badan setelah sebelumnya aku mengatakan “ Sampai jumpa” padanya. Sekarang saatnya pulang, Aku berjalan ke arah berlawanan dari apartemennya.
Aku sama sekal tidak menoleh kebelakang, lagipula hubungan kami hanya sebatas untuk hari ini saja. Kami melakukan percakapan dan mengantarnya pulang itu hanyalah sebuah kebetulan saja
Begitulah , aku yakin kami akan kembali menjadi orang asing yang hanya berbicara seperlunya saja bahkan tidak sama sekali. Jadi aku tidak akan salah paham atau punya harapan yang aneh-aneh padanya
Aku begumam berkali-kali, dan akhirnya aku sampai dirumah lebih lama dari biasanya.
No comments:
Post a Comment